Peringatan may day kemarin saya ikut turun kejalan, bukan karena saya seorang buruh atau karyawan, bukan pula untuk menyurakan isi hati saya terhadap sikap pemerintah kepada rakyatnya yang belum memenuhi janji kampanyenya, saya hanya memanfaatkan momen may day ini untuk hunting, mengambil gambar para buruh yang sedang memeringati hari rayanya, sekedar foto-foto, dan demi menyalurkan hobi fotografi saya. Tahun ini juga merupakan tahun ketiga saya dalam berpartisipasi memperingati may day, beberapa foto hasil hunting saya bisa dilihat
disini.
Nah, hal menarik yang ingin saya ceritakan pada may day kali ini adalah tentang Satpol PP dan PKL (pedagang kaki lima), tepatnya oknum Satpol PP sih, karena saya yakin (walaupun sebenarnya saya ragu) tidak semua Satpol PP berperilaku buruk seperti ini.
Jadi ceritanya kemarin saya mengambil gambar tentang aksi buruh di sepanjang Jalan MH Thamrin sampai Istana Merdeka. Tidak sengaja saya mendapati oknum Satpol PP yang sedang haus karena mungkin abis makan rujak bareng teman-temannya. Dia menghampiri seorang PKL yang jualan minuman, kemudian PKL ini mengambil sebotol minuman, sebut saja maijong, dan diberikan ke Satpol PP tersebut.
Tapi entah kenapa, saat Satpol PP itu melihat saya di atas jembatan penyeberangan, dia tidak berani mengambil minuman yang diberikan oleh PKL itu. Mungkin karena melihat saya membawa kamera dan mengira kalau saya wartawan yang sedang melakukan liputan. Padahal saya biasa aja, akhirnya karena melihat gerak-geriknya yang mencurigakan, sekalian aja saya rekam oknum Satpol PP itu. Menyadari kalau dirinya direkam, dia seolah-olah ngobrol biasa aja dengan PKL tersebut.
Tapi, tidak lama kemudian oknum Satpol PP lain datang dan tidak menyadari kalau saya sedang mengawasinya. Dia mengambil dan mencoba sebuah topi yang sedang digelar oleh PKL lain yang menjual berbagai macam topi di dekat PKL yang menjual minuman tadi. Awalnya saya berbaik sangka aja, mungkin Satpol PP ini mau mambeli topi milik PKL, tapi akhirnya dia pergi dan membawa topi yang dia coba tadi tanpa membayar topi tersebut.
Dengan sedikit kecewa, pedagang topi itu merapikan dagangannya dan pergi. Disitu perasaan saya langsung campur aduk, marah, kasian, dan sedih. Kok bisa, petugas yang seharusnya menjadi penegak hukum di jalan, khsusnya bagi para PKL, malah mengambil barang dagangan milik PKL tanpa membayar dan tanpa rasa bersalah, dan sepertinya hal itu sering dia lakukan terhadap PKL karena oknum Satpol PP itu bersikap santai dan biasa aja.
Untuk memastikan, saya mengejar PKL yang menjual topi tadi dan menanyakan apa yang telah saya lihat, apa yang sebenarnya dilakukan oleh oknum Satpol PP itu terhadap PKL tersebut. Benarkah dia tidak membayar topi yang dia ambil, atau PKL itu sengaja memberikan topi ke oknum Satpol PP karena takut, atau ada alasan lainnya.
Dan ternyata benar, oknum Satpol PP itu tidak membayar topi yang dia ambil tadi, PKLnya bilang “Biarin, kalau nggak dikasih, kita nggak bisa gelar dagangan.” Menurut pengakuan PKL, hal seperti itu katanya biasa, bukan hal aneh lagi dikalangan para PKL. PKL itu juga maklum, kalau Satpol PP gajinya kecil, jadi sesama orang kecil harus saling mengerti, yang penting rejekinya lancar, begitu katanya.
Saya sedikit kagum dengan PKL itu, kok bisa dia terlihat ikhlas yah, kan dagangannya diambil oleh oknum Satpol PP dan tidak dibayar, terus ngomong kalau gaji Satpol PP itu kecil, dan sesama orang kecil harus saling mengerti. Saya salut!
Tapi entahlah…
Saya tidak tau siapa yang benar atau siapa yang salah, apakah PKL itu karena telah menggelar dangangannya bukan pada tempat yang seharusnya, atau oknum Satpol PP yang mengambil barang-barang dangangan milik PKL tanpa membayar, atau oknum Satpol PP yang telah berbaik hati membiarkan para PKL menggelar dagangan ditempat yang dia sukai dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Tapi yang pasti, setau saya, ada mulut yang harus terus diberi makan, dan ada anak-anak yang harus mendapatkan pendidikan yang layak, orang tua tidak peduli sekeras apapun kehidupan dijalan, mereka harus terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan diri dan anak-anaknya.