PENDAHULUAN
Ilmu Dakwah adalah suatu pengetahuan yang mengajarkan seni dan teknik menarik perhatian orang guna mengikuti suatu ideologi dan pekerjaan tertentu. Atau dengan kata lain ilmu yang mengajarkan cara-cara mempengaruhi alam pikiran manusia.
Menurut Abdurrahman Arroisi, ilmu dakwah adalah pengetahuan dan pelajaran tentang cara menyeru, mengajak dan memanggil atau mengundang orang untuk menganut, menyetujui, menerima, mengikuti dan meyakini suatu ideologi, paham atau pendapat tertentu.
Kemudian diperkuat oleh Amrullah Ahmad bahwa ilmu dakwah adalah suatu kumpulan ilmu pengetahuan sebagai hasil belajar pada ayat-ayat Allah SWT (kitabullah), sejarah dan alam yang membahas upaya (ikhtiar) mukminin mewujudkan ajaran islam dalam kehidupan individual dan sosial dari segi status, proses sistem dan struktur yang tersusun secara sistematis untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT dan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Posisi ilmu dakwah dalam sistem keilmuan islam dapat dipandang sebagai ilmu yang berakar pada tauhid yang diatasnya dapat dikembangkan berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dengan demikian posisi ilmu dakwah menempati posisi yang sangat strategis. Selain itu ada pula teori-teori keilmuan dakwah, diantaranya adalah teori medan dakwah dan teori proses tahapan dakwah yang akan dibahas secara lebih detail dalam bab selanjutnya.
A. RUANG LINGKUP DAKWAH DAN IMU DAKWAH
Ruang lingkup dakwah atau disebut juga objek dakwah, sebenarnya setiap orang dapat menjadi objek dakwah, namun dalam prakteknya, dakwah memerlukan kode etik serta peraturan yang ditetapkan oleh pemimpin atau pemerintah. Objek dakwah harus diketahui untuk menentukan materi dakwah yang hendak disampaikan agar sesuai dengan tuntunan masyarakat. Oleh karena itu seorang ulama, dai atau mubaligh perlu mempelajari psikologi dan sosiologi serta memperhatikan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Minimal sebelum melakukan dakwah harus diketahui terlebih dulu kondisi masyarakat baik aspek pendidikan, pekerjaan, serta tokoh agama, atau pemuka masyarakat. Dengan mengetahui ruang lingkup atau objek dakwah diharapkan metode dan bahasa yang disampaikan dalam kegiatan dakwah dapat disesuaikan dengan keadaan masyarkat setempat.
Adapun yang menjadi ruang lingkup pembahasan ilmu dakwah adalah pengenalan, faktor-faktor dakwah islamiah dan kelengkapan dakwah.
a. Pengenalan
Pada bagian ini dikemukakan mengenai dakwah sebagai disiplin ilmu, pengertian dakwah, sejarah perkembangan ilmu dakwah mulai dari perkembangan hingga perjalanannya di masa sekarang.
b. Faktor-faktor dakwah islamiah
Pada bagian ini merupakan mata rantai dakwah islamiah dalam penyelenggaraannya baik secara lisan, tulisan, dan perbuatan. Disamping membicarakan tentang metode, materi, media, tujuan, sasaran serta faktor-faktor dakwah lainnya.
c. Kelengkapan dakwah
Pada tahap ketiga ini diungkapkan tentang organisasi dan perencanaan dakwah, tahapan pelaksanaan serta evaluasi dan pembinaan kader dakwah sebagai generasi penerus dakwah yang akan menjadi amanat risalah Rasulullah saw dari masa ke masa.
Selain itu, ruang lingkup ilmu dakwah juga menyangkut masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam segala lapangan hidup manusia . Bahkan kelengkapan dakwah dengan orientasi pembahsan yang menyangkut keberadaan dan kelangsungan dakwah islamiah itu sendiri dalam kancah perjuangan hidup dan kehidupan umat manusia dimuka bumi. Termasuk pula di dalamnya pengklasifikasian yang memanfaatkan kemajuan teknologi modern, khususnya dibidang komunikasi.
B. DAKWAH SEBAGAI ILMU
Ilmu dakwah dimaksudkan sebagai seperangkat keilmuan yang mempelajari tentang bagaimana dakwah atau proses pembumian Islam dilakukan. Maka dalam rana inilah, ilmu dakwah sebenarnya lebih dekat ke arah ilmu komunikasi soaial. Hal ini dikarenakan teori-teori dakwah yang hendak dibangun merupakan produk generalisasi dari fenomena sosial. Oleh karenanya, ilmu dakwah dengan sendirinya merupakan bagian ilmu-ilmu sosial, yang dirumuskan dan dikembangkan dengan mengikuti norma ilmiah dari ilmu-ilmu sosial. Misalnya teori-teori itu dirumuskan melalui pendekatan rasional, empirik dan sistematis.
Namun walaupun demikian, sebenarnya secara objektif, memang dakwah dewasa ini sudah menjadi ilmu yang mandiri, karenanya persyaratan minimal dari ilmu sudah dimiliki oleh dakwah sejak lama. Untuk menjadi sebuah ilmu secara metodologis setidaknya harus memiliki lima syarat
a. Mempunyai akar sejarah yang jelas.
b. Ada orang yang dikenal sebagai ahli ilmu dakwah yang mengembangkannya.
c. Ada masyarakat akademis yang menaruh perhatian pada ilmu dakwah.
d. Diakui oleh lembaga-lembaga akademis yang memiliki reputasi ilmiah.
e. Ada sejumlah penelitian yang mengembangkan metode-metode baru dalam ilmu dakwah
Dari berbagai uraian dan kajian tersebut, tampak bahwa kelima persyaratan itu sudah dimiliki oleh ilmu dakwah. Walaupun memang masih terdapat beberapa kekurangan yang harus tetap terus untuk disempurnakan, agar keberadaan ilmu dakwah sebagai sebuah ilmu yang berdiri sendiri menjadi lebih kokoh keberadaannya. Dalam hal ini kelayakan ilmu dakwah sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri kini menjadi suatu yang logis, dan tidak diragukan lagi sebagaimana sebelumnya. Setelah melalui berbagai kajian dan seminar-seminar panjang yang dilakukan diberbagai tempat untuk mengujai keabsahan ilmu dakwah.
C. POSISI ILMU DAKWAH DALAM SITEM KEILMUAN ISLAM
Posisi ilmu dakwah dalam sistem keilmuan Islam dapat dipandang sebagai ilmu yang berakar pada tahun yang diatasnya dapat dikembangkan berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dengan demikian posisi ilmu dakwah menempati hal yang sangat strategis.
Selain itu ada pula teori-teori keilmuan dakwah, diantaranya adalah
1. Teori medan dakwah
Setiap kali melaksanakan dakwah senantiasa menjumpai sistem dan struktur masyarakat yang didalamnya sudah ada penguasa masyarakat, penguasa ekonomi masyarakat, konglomerat (aghniya) dan ada kaum mustad’afin (mayarakat umum yang tertindas/dilemahkan haknya). Terbentuknya struktur masyarakat yang demikian ditentukan oleh beberapa faktor. Pertama, sistem teologis yang ada menempatkan keinginan subyektif manusia sebagai illah yang menentukan semua orientasi hidupnya yang biasanya didominasi oleh keinginan subyektifnya. Kedua, secara sunnatullah kekuasaan dalam masyarakat didominasi oleh seseorang atau kelompok orang yang dipandang memiliki kelebihan tertentu menurut masyarakat yang bersangkutan sampai mengkristal menjadi sistem kepemimpinan masyarakat akan mudah goyah jika tidak memperoleh dukungan kaum aghniya yang mengendalikan roda perekonomian masyarakat.
2. Teori proses dan tahapan dakwah
Dakwah yang dilakukan oleh rasul dan para sahabatnya dibagi menjadi beberapa tahapan. Pertama, tahap pembentukan (takwim) ini kegiatan utamanya adalah dakwah bil lisan (tabligh) sebagai ikhtiar sosialisasi ajaran tauhid kepada masyarakat makkah, terutama untuk membebaskan akidah masyarakat dari sistem aqidah yang menjadikan keinginan subyektif manusia, yang dipersonifikasi dalam bentuk berhala. Kedua, tahap penataan (tandhim) merupakan hasil internalisasi dan eksternalisasi Islam dalam bentuk institusionalisasi Islam dengan komprehensif dalam realitas sosial. Tahap ini diawali dengan hijrahnya Nabi SAW. Hijrah dilakukan setelah Nabi SAW memahami karakteristik sosial madinah dan juga adanya tekanan kultural, struktural dan militer sudah demikian mencekam, jika tidak dilaksanakan hijrah dakwah akan mengalami involusi kelembagaan dan menjadi lumpuh.
Pada setiap tahap memiliki karakteristik kegiatan dengan tantangan khusus dengan model pemecahan yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Dalam tahapan ini ada beberapa model dakwah sebagai proses perwujudan realitas Islam (ummatan khoiron)
D. SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DAKWAH SEBAGAI ILMU
1. Tahap pemikiran dakwah bidang kajian akademik di perguruan tinggi
Perkembangan pemikiran dakwah sebagai ilmu secara akademik di kalangan pakar ilmu dakwah di Indonesia dapat dikatakan lamban, meskipun pada awal 70-an ilmu dakwah sudah memperoleh status akademik dengan dibukanya Fakultas Dakwah pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Berdirinya Fakultas Dakwah lebih mempertimbangkan aspek praktis, umat Islam sangat memerlukan tenaga da’i yang memiliki kualifikasi akademik (S1) supaya kegiatan dakwah Islam mampu mengantisipasi problem umat Islam dalam pembangunan nasional. Bangunan epistimologi keilmuan dakwah tidak di persoalkan secara khusus.
2. Tahap pemikiran dakwah melalui pengembangan teori
Sejak dakwah memperoleh status akademik (1942), sampai 1980, sekitar 38 tahun banyak buku yang diterbitkan oleh para pemikir dakwah. Dilihat dari segi jumlah karya teoritik selama 38 tahun memang termasuk tidak banyak, tetapi dilihat dari segi dampak (manfaat) gerakan sebagai upaya mewujudkan realitas Islam sangat dirasakan oleh umat Islam di berbagai belahan bumi. Mungkin inilah yang disebut ilmu yang memberikan manfaat. Tanpa topangan ilmuan tersebut boleh jadi realitas Islam belum mengalami akselerasi sebagaimana kita lihat pada ujung abad ke 20 ini.
PENUTUP
Pada periode tahun 1981-1996 perkembangan ilmu dakwah mengalami kemajuan yang sangat berarti, dengan adanya ledakan buku-buku dakwah yang disertai dengan usaha sistematis dengan pendekatan sistem dan epistemologi (teori pengetahuan). Pola kecenderungan pemikiran dakwah pada periode ini ditandai dengan adanya cara pandang tentang dakwah sebagai fenomena tauhid dan kemasyarakatan. Oleh karena itu dimensi-dimensi kegiatan dakwah meliputi semua aspek kehidupan bermasyarakat.
Dakwah tidak hanya dilihat sebagai kegiatan tebligh tetapi juga pembangunan umat dalam bentuk pengembangan masyarakat Islam. Demikian juga dakwah bukan lagi kegiatan yang hanya dilihat sebagai aktivitas pribadi tetapi aktivitas yang memerlukan organisasi yang kuat dengan sistem pengelolaan yang lebih profesional dalam bentuk manajemen dakwah Islam.
Dakwah bukan lagi hanya dilihat dalam perspektif masalah lokal tetapi juga dalam perspektif yang global. Sehingga setiap unsur sistem dakwah dapat dipengaruhi oleh perkembangan politik, ekonomi, sains dan teknologi masyarakat sejagat. Pendekatan dakwah bukan lagi hanya dilihat dengan menggunakan unsur-unsur tabligh tetapi menggunakan pendekatan sistem yang lebih dapat menjelaskan interaksi antar unsur dakwah serta masalah yang ditimbulkan dari interaksi yang dimaksud .
DAFTAR PUSTAKA
Syamsul Munir Amin, Drs, MA. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009
_______. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta: Amzah, 2008.
Syafruddin, Drs, M.Ag. Ilmu Dakwah Sebagai Disiplin Ilmu. Banjarmasin: Antasari Press, 2009.