BAB I
PENDAHULUAN
Dunia politik identik dengan hal-hal negatif misalnya perbuatan manipulatif, korupsi, kolusi, nepotisme, kelicikan, curang, kemunafikan dan sebagainya.Kurangnya kepercayaan masyarakat akhir-akhir ini tentang dunia politik membuat para politisi dan calon pemangku jabatan memutar otak untuk menarik simpati masyarakat.Salah satu caranya dengan menggunakan retorika dalam berpolitik.
Dalam berpolitik retorika menjadi sangat penting karena menjadi suatu penilaian untuk memilih apakah seorang politisi memiliki kualitas yang baik atau tidak.Dengan adanya retorika masyarakat menjadi semakin tahu bagaimana visi dan misi seorang pemimpin untuk membangun suatu wilayah kearah yang lebih baik.Salah satu contoh retotika yang berhasil dalam menarik simpati masyarakat adalah pasangan Jokowi dan Ahok.
Jokowi dan Ahok memiliki kemampuan retorika yang berbeda dengan pasangan politik pada umumnya.Mereka mendekatkan diri kepada masyarakat dan terjun langsung untuk mendengar keluhan masyarakat.Gaya Jokowi dan Ahok yang khas dengan kemeja kotak-kotak dan kesederhanaan menjadi tolak ukur minat masyarakat terhadap Jokowi.Jokowi dan Ahok yang awalnya tidak dprediksi oleh banyak pihak untuk dapat memenangkan Pemilukada DKI Jakarta, kini dapat membuktikan diri bahwa mereka yang terbaik dalam beretorika sehingga menimbulkan ketertarikan publik untuk memilih.
Retorika merupakan kemampuan seseorang dalam berbicara dan berbahasa menggunakan kalimat-kalimat tertentu dan dapat juga diartikan sebagai kemampuan bicara di depan umum/pidato. Retorika mampu mempengaruhi pemikiran orang lain. Setiap pemimpin memiliki gayaretorika yang berbeda-beda, bisa menggunakan komunikasi dua arah atau komunikasi satu arah.
BAB II
KASUS
Komunikasi politik yang dibangun oleh Jokowi tidak membuatnya seperti orang lain di tengah masyarakat namun seakan membaur dan merakyat. Sikap Jokowi yang bersahaja itulah yang membuat masyarakat selalu mengelu-elukan Jokowi dimanapun dia berada. Jokowi tidak hanya beretorika di depan para pejabat pemerintahan saja namun ia aktif blusukan ke berbagai daerah di Jakarta untuk melihat infrastruktur Jakarta dan aktif dalam menanggulangi keresahan masyarakat. Jokowiberani mengubah cara pandang masyarakat tentang Gubernur yang dulu jarang blusukan dan melihat langsung keadaan masyarakat meski ada saja pihak yang mengkritik sikapnya, namun Jokowi hadir dengan perbedaan yang kontras dengan Gubernur sebelumnya. Jokowi menjadi sosok kecintaan masyarakat di Jakarta dengan sikapnya yang mengutamakan kepentingan masyarakat.
Basuki Tjahja Purnama atau yang kerap disapa Ahok memiliki retorika yang cenderung keras dan kerap bernada tinggi dalam pengucapannya. Ahok kerap menuai protes karena cara berbicaranya yang lantang dan berani menentang siapapun yang berbeda pendapat dengannya, namun sikap retorika Ahok dalam memimpin Jakarta dapat menyeimbangkan gaya retorika Jokowi yang kalemdengan sikap Ahok yang keras dan lantang sehingga menciptakan keserasian dalam memimpin Jakarta yang dipenuhi dengan berbagai problema seperti banjir, kemiskinan, angka pengangguran yang tinggi dan berbagai masalah yang meresahkan masyarakat lainnya.
Jokowi memiliki kekuasaan politik yang persuasif, Jokowi memiliki kemampuanuntuk meyakinkan orang lain karena prestasi dan sikap yang dia miliki. Jokowi merupakan mantan Walikota Solo yang membawa harum nama Solo karena memperkenalkan mobil Esemka yang merupakan mobil karya siswa-siswa SMK di Kota Solo. Jokowi juga masuk nominasi 10 Walikota terbaik dunia versi The City Mayors Foundation yang merupakan suatu lembaga survei yang berpusat di London, Inggris.
Berbeda dengan gaya komunikasi politik Jokowi yang terkesan santun dan ramah, Ahok justru menampilkan retorika yang berbeda. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai Wakil Gubernur Ahok berani menegur dengan keras dan berbicara dengan lantang. Ahok akan menyindir siapapun yang merintangi langkahnya untuk mensejahterakan rakyat dan melayani masyarakat dengan baik. Contohnya kasus penggusuran PKL Tanah Abang.
Ahok dengan keras menyindir dengan nada yang keras kepada Haji Lulung, penguasa besar di Tanah abang dan juga wakil DPRD untuk menertibkan PKL yang mengganggu ketertiban umum. Meski ia dihujat, dibenci dan dikritik oleh banyak orang, Ahok tetap teguh dengan pendiriannya untuk mentertibkan Jakarta menuju kota yang lebih baik. Cara retorika Ahok yang tidak jaim dan langsung tepat sasaran menjadi perbedaan yang signifikan dengan para politisi lain yang cenderung diam dan mengambil langkah aman.
BAB III
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Landasan Teori
1. Teori Pembentukkan Opini Publik
Teori ini dikemukakan oleh Walter Lippman.Teori ini meletakkan kontrol terhadap pengumpulan dan pendistribusian informasi di tangan penguasa yang baik dan terdidik (kaum elite terdidik) yang dipercaya mampu menggunakan metode ilmiah dalam membedakan hal yang nyata dengan hal yang fiktif dan membuat keputusan yang tepat saat menerima pesan propaganda.Lippmann meyakini bahwa propaganda menjadi semacan tantangan keras sehingga membutuhkan perubahan yang drastis dalam sistem politik.Publik sangat rentan dengan propaganda, sehingga sejumlah mekanisme dan lembaga perlu melindungi mereka.
2. Teori Dramatism
Teori ini dikemukakan oleh Kenneth Burke.Menurut Kenneth Burke tindakan orang dalam kehidupan sehari-hari ibarat dalam panggung sandiwara.Burke memandang tindakan tersebut sebagai konsep dasar dalam dramatis.Ia membedakan antara konsep tindakan dan gerak. Manusia memiliki tindakan, tindakan yang pada dasarnya merupakan tingkah laku dari individu yang punya maksud dan bersikap sukarela.Dramtism adalah studi tentang tindakan aksi, sedangkan motion disebut sebagai mechanism.Burke menggunakan lima konsep yang tidak dipisahkan satu sama lainnya yaitu persuasi, identifikasi, consubtstansiality, komunikasi dan retorika.
Dalam teori ini komunikator harus bertindak dan berperilaku seolah ia sebagai actor dalam sebuah drama, dimana mereka mencapai audiens guna menerima pandangan-pandangan dari mereka tentang kehidupan nyata. Komunikator harus berupaya untuk mengenali dan mengidentifikasi kelompok audiens dengan berbagai cara untuk mendapatkan penerimaan dan masukan-masukannya.
Teori komunikasi dari Burke ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Substansi adalah dasar dari proses komunikasi. Substansi ini bersifat umum, fundamental, atau esensi dari suatu substansi harus dipandang secara holistic/menyeluruh. Oleh karena itu, komunikasi antar individu harus dipandang sebagai fungsi langsung dari upaya berbagai kebersamaan substansi. Ini karena komunikasi merupakan proses berbagai arti tentang lambing-lambang yang digunakan.
• Komunikasi melibatkan identifikasi tentang substansi. Melalui komunikasi identifikasi substansi semakin meningkat dari ini yang mendorong timbulnya kebersamaan arti (substantiality) dan kemudian adnya saling pengertian.
• Indentifikasi dapat menjadi alat persuasi, dan upaya identifikasi ini bisa dilakukan secara sadar atau tidak sadar, direncanakan atau secara kebetulan. Idealnya upaya identifikasi merupakan hasil perpaduan dari ide, sikap, perasaan dan lain-lain yan dipegang.
• Upaya identifikasi melibatkan strategi, atau dalam konsep Khun disebut sebagai plant of action. Strategi para komunikator untuk tujuan identifikasi ini pada dasarnya merupakan tindakan retorik (rhetorical act).
Burke mengemukakan suatu model analisis komunikasi yang ia sebut sebagai dratisic pentad. Ada lima model komunikasi yang dapat digunakan untuk meneliti:
1. Act, tindakan yang dilakukan actor.
2. Scene, yaitu situasi atau setting tindakan.
3. Agent, semua yang menyangkut dari karakteristik dari si actor.
4. Agency, alat atau sarana yang dipakai actor untuk melakukan tindakannya, seperti saluran, pesan, strategi, instuisi, dan lain-lain.
5. Purpose, maksud dan tujuan tindakan.
B. Kerangka Konsep
Retorika
Retorika atau dalam bahasa inggris rhetoric bersumber dari perkataan latinrhetorica yang berarti ilmu bicara. Pada abad ke 5 sebelum masehi untuk pertama kali dikenal suatu ilmu yang mengkaji proses pernyataan antar manusia sebagai fenomena sosial. Ilmu ini dinamakan dalam bahasa Yunani rhetorike yang dikembangkan di Yunani purba, kemudian abad-abad berikutnya dikembangkan di Romawi dalam bahasa latin yaitu retorika (dalam bahasa Inggris rhetoric dalam bahasa Indonesia retorika).
Cleanth Brookks dan Robert Penn Warren dalam bukunya, Modern Rhetoric, mendefinisikan retorika sebagai The art of using language effectively atau seni penggunaan bahasa secara efektif. Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa retorika mempunyai pengertian sempit mengenai bicara dan pengertian luas dengan penggunaan bahasa, bisa lisan, dapat juga tulisan. Oleh karena itu ada sementara orang yang mengartikan retorika sebagai publicspeaking atau pidato di depan umum, banyak juga yang beranggapan bahwa retorika tidak hanya berarti pidato di depan umum, tetapi juga termasuk seni menulis.
Retorika juga merupakan seni ilmu pengetahuan mengenai komunikasi lisan yang efektif dengan para pendengarnya.Hal ini dimaksudkan untuk mempengaruhi, mengajak, mendidik, mengubah opini, memberi penjelasan kepada masyarakat di tempat tertentu.
Politik
Istilah politik diambil dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang bersumber dari bahasa Yunani politika (yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya polites (warga negara) dan polis (negara kota). Kata polis juga berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri.
Pemahaman orang Yunani tentang politik boleh dikatakan amat luas.Kata yang berasal dari bahasa mereka sendiri itu diartikannya sebagai “negara kota” (polis), dan Aristoteles (384-322 SM) merupakan orang pertama yang memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang “manusia yang pada dasarnya adalah binatang politik”. Dengan itu ia ingin menjelaskan, hakikat kehidupan sosial sesungguhnya merupakan politik dan interaksi satu sama lain dari dua atau lebih orang sudah pasti akan melibatkan hubungan politik.
Aritoteles melihat hal ini sebagai kecenderungan alami yang tak dapat dihindarkan oleh manusia dan hanya sedikit orang yang cenderung mengasingkan dirinya daripada bekerja sama dengan orang lain. Manakala manusia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, manakala mereka berusaha meraih kesejahteraan pribadinya melalui sumber yang tersedia, dan manakala mereka berupaya untuk mempengaruhi orang lain agar menerima pandangannya, maka mereka akan melihat dirinya sibuk dengan kegiatan politik. Dalam pengertian yang luas ini, setiap orang adalah politisi. Meski begitu Aristoteles berkesimpulan, satu-satunya cara untuk memaksimalkan kemampuan seorang individu dan untuk mencapai bentuk kehidupan sosial yang tertinggi adalah melalui interaksi politik dengan orang lain dalam suatu kerangka kelembagaan, suatu kerangka yang dirnacang untuk memecahkan konflik sosial dan untuk membentuk tujuan kolektif negara. Karena itu semua orang adalah politisi meski sebagian (pejabat negara) lebih banyak melakukan kegiatan politik dibandingkan dengan yang lainnya.
Antara abad ke enam belas sampai awal abad ke dua puluh, “politik” diartikan secara lebih sempit dibandingkan dengan pengertian yang dipahami orang-orang Yunani. Jean Bodin (1530-1596), seorang filosof politik Perancis, memperkenalkan istilah “ilmu politik”. Tetapi, karena ia seorang pengacara, sorotannya mengenai ciri-ciri negara menyebabkan ilmu politik menjadi terkait dengan organisasi dari lembaga yang mempunyai sangkut paut dengan hukum.
Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan negara dan cara melaksanakannya. Untuk melaksanakan tujuan itu diperlukan politik (politics atau siyasah) adalah untuk mengatur berbagai aktivitas dalam suatu sistem politik, atau negara untuk menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.Pengertian pokok politik meliputi keberadaan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (public policy), dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).
Pemerintahan
Istilah pemerintahan dalam arti organ dapat dibedakan antara pemerintah dalam arti luas dan pemerintah dalam arti sempit.
Pemerintah dalam arti sempit dimaksudkan khusus kekuasaan eksekutif.Menurut UUD 1945 Pemerintah ialah Presiden yang dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri-menterinya.Menurut UUD 1950 Pemerintah ialah Presiden, Wakil Presiden bersama-sama oleh Menteri-menteri.Menurut konstitusi RIS 1949, Pemerintah ialah Presiden dan Menteri-menteri bersama-sama.
Pemerintah dalam arti luas ialah semua organ negara yang termasuk DPR.Bentuk pemerintahan yang terkenal ialah kerajaan (monarki) dan republik.
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan Pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang wakil Presiden.Dalam menjalankan kekuasaan Presiden dibantu oleh Menteri-menteri Negara.Diamping membantu Presiden dalam melakukan tugasnya, Wakil Presiden memperhatikan secara khusus, menampung masalah-masalah dan mengusahakan pemecahan masalah-masalah yang perlu, yang menyangkut bidang tugas kesejahteraan rakyat.Melakukan pengawasan operasional pembangunan dengan bantuan departemen-departemen, dalam hal ini inspektur-inspektur jenderal dari departemen yang bersangkutan.
Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.Menterilah yang terutama menjalankan kekuasaan pemerintah (pouvonir executif) dalam praktek Presiden dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan juga dibantu oleh Pimpinan Lembaga-Lembaga Pemerintah non Departemen.Departemen merupakan lembaga pemerintahan yang berkedudukan sebagai bagian dari pemerintahan negara yang dipimpin oleh seorang Menteri yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Sistem pemerintahan di Indonesia adalah presidensil. Sistem pemerintahan presidensil cenderung memisahkan kepala eksekutif dari dewan perwakilan rakyat, dan bahwa kepala eksekutif, apabila ia menghendaki, bisa mengasingkan dirinya dari rakyat. Berbeda dengan sistem parlementer ciri pemerintahan presidensil adalah sangat sedikitnya sarana yang dapat mengembangkan komunikasi antara badan legislatif dan eksekutif.
C. Biografi Jokowi dan Ahok
1. Biografi Jokowi
Ir. H. Joko Widodo (lahir di Surakarta, 21 Juni 1961; umur 52 tahun), atau yang lebih akrab dipanggil Jokowi, adalah Gubernur DKI Jakarta terhitung sejak tanggal 15 Oktober 2012. Ia merupakan gubernur ke-17 yang memimpin ibu kota Indonesia.
Sebelumnya, Jokowi menjabat Wali Kota Surakarta (Solo) selama dua periode, 2005-2010 dan 2010-2015, namun baru 2 tahun menjalani periode keduanya, ia mendapat amanat dari warga Jakarta untuk memimpin Ibukota Negara. Dalam masa jabatannya di Solo, ia didampingi F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil walikota.Ia dicalonkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Dengan performa akademis yang dimiliki, ia diterima di Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Kesempatan ini dimanfaatkannya untuk belajar struktur kayu, pemanfaatan, dan teknologinya.
Selepas kuliah, ia bekerja di BUMN, namun tak lama memutuskan keluar dan memulai usaha dengan menjaminkan rumah kecil satu-satunya, dan akhirnya berkembang sehingga membawanya bertemu Micl Romaknan, yang akhirnya memberinya panggilan yang populer hingga kini, Jokowi. Dengan kejujuran dan kerja kerasnya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling Eropa yang membuka matanya. Pengaturan kota yang baik di Eropa menjadi inspirasinya untuk diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk memasuki dunia politik. Ia ingin menerapkan kepemimpinan manusiawi dan mewujudkan kota yang bersahabat untuk penghuninya.
Karier Politik
Wali Kota Surakarta
Dengan berbagai pengalaman di masa muda, ia mengembangkan Solo yang buruk penataannya dan berbagai penolakan masyarakat untuk ditertibkan. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan dan menjadi kajian di universitas luar negeri.
Rebranding Solo
Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui slogan Kota Solo yaitu "Solo: The Spirit of Java". Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman.
Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran.
Mendamaikan Keraton Surakarta
Pada tanggal 11 Juni 2004, Paku Buwono XII wafat tanpa sempat menunjuk permaisuri maupun putera mahkota, sehingga terjadi pertentangan antara kedua putranya, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan (SDISKS) Paku Buwono XIII dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Panembahan Agung Tedjowulan. Selama tujuh tahun ada dua raja yang ditunjuk oleh kedua pihak di dalam satu Keraton.
Konflik ini akhirnya mendorong campur tangan pemerintah Republik Indonesia dengan menawarkan dualisme kepemimpinan, dengan Paku Buwono XIII sebagai Raja dan KGPH Panembahan Agung Tedjowulan sebagai wakil atau Mahapatih. Penandatanganan kesepahaman ini didukung oleh empat perwakilan menteri, yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pekerjaan Umum serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Namun konflik belum selesai karena beberapa keluarga keraton masih menolak penyatuan ini.
Puncaknya adalah penolakan atas Raja dan Mahapatih untuk memasuki Keraton pada tanggal 25 Mei 2012.Keduanya dicegat di pintu utama Keraton di Korikamandoengan.Jokowi akhirnya berperan menyatukan kembali perpecahan ini setelah delapan bulan menemui satu per satu pihak keraton yang terlibat dalam pertentangan. Pada tanggal 4 Juni 2012 akhirnya Ketua DPR Marzuki Alie menyatakan berakhirnya konflik Keraton Surakarta yang didukung oleh pernyataan kesediaan melepas gelar oleh Panembahan Agung Tedjowulan, serta kesiapan kedua keluarga untuk melakukan rekonsiliasi.
Penghargaan
Atas prestasinya, oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008". Kebetulan di majalah yang sama pula, Basuki Tjahaja Purnama, atau akrab dengan panggilan Ahok pernah terpilih pula dalam "10 Tokoh 2006" atas jasanya memperbaiki layanan kesehatan dan pendidikan di Belitung Timur. Ahok kemudian akan menjadi pendampingnya di Pilgub DKI tahun 2012.
Pada tanggal 12 Agustus 2011, ia juga mendapat penghargaan Bintang Jasa Utama untuk prestasinya sebagai kepala daerah mengabdikan diri kepada rakyat. Bintang Jasa Utama ini adalah penghargaan tertinggi yang diberikan kepada warga negara sipil. Pada Januari 2013, Joko Widodo dinobatkan sebagai wali kota terbaik ke 3 di dunia atas keberhasilannya dalam memimpin Surakarta sebagai kota seni dan budaya, kota paling bersih dari korupsi, serta kota yang paling baik penataannya.
2. Biografi Ahok
Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM (EYD: Basuki Cahaya Purnama, nama Tionghoa: Zhōng Wànxié / 钟万勰) (lahir di Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966; umur 47 tahun), atau paling dikenal dengan panggilan Hakka Ahok, adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta dari 15 Oktober 2012 yang mendampingi Gubernur Joko Widodo.
Sebelumnya Ahok merupakan anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014 dari Partai Golkar namun mengundurkan diri pada 2012 setelah mencalonkan diri sebagai wakil gubernur DKI Jakarta untuk Pemilukada 2012. Dia pernah pula menjabat sebagai Bupati Belitung Timur periode 2005-2006.Ia merupakan etnis Tionghoa pertama yang menjadi Bupati Kabupaten Belitung Timur, yang populer sebutan masyarakat setempat dengan singkatan Kabupaten Beltim.
Pada tahun 2012, ia mencalonkan diri sebagai wakil gubernur DKI berpasangan dengan Joko Widodo, wali kota Solo. Basuki juga merupakan kakak kandung dari dr. Basuri Tjahaja Purnama, M.Gizi.Sp.GK., Bupati Kabupaten Belitung Timur (Beltim) periode 2010-2015.
Dalam pemilihan gubernur Jakarta 2012, mereka memenangkan pemilu dengan presentase 53,82% suara. Pasangan ini dicalonkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Karier, sosial, dan politik
Pada tahun 2004 Basuki terjun ke dunia politik dan bergabung di bawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai PIB) sebagai ketua DPC Partai PIB Kabupaten Belitung Timur. Pada pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009. Partai PIB adalah partai politik yang didirikan oleh Alm.Sjahrir.
Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Belitung Timur Tahun 2005, Basuki berpasangan dengan Khairul Effendi, B.Sc. dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) ikut sebagai calon Bupati-Wakil Bupati Belitung Timur periode 2005-2010. Dengan mengantongi suara 37,13 persen pasangan ini terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Belitung Timur definitif pertama. Pasangan Basuki-Khairul ini unggul di Kabupaten Belitung Timur yang menjadi lumbung suara Partai Bulan Bintang (PBB) pada pemilu legislatif tahun 2004 lalu.Basuki kemudian mengajukan pengunduran dirinya pada 11 Desember 2006 untuk maju dalam Pilgub Bangka Belitung 2007. Pada 22 Desember 2006, ia resmi menyerahkan jabatannya kepada wakilnya, Khairul Effendi.
Dipilkada Gubernur Babel tahun 2007, Basuki mengambil bagian menjadi kandidat calon Gubernur.Mantan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mendukung Basuki untuk menjadi Gubernur Bangka Belitung dan ikut berkampanye untuknya. Gus Dur menyatakan bahwa "Ahok sudah melaksanakan program terbaik ketika memimpin Kabupaten Belitung Timur dengan membebaskan biaya kesehatan kepada seluruh warganya". Namun dalam pemilihan tersebut ia dikalahkan oleh Eko Maulana Ali.
Pada 2008, ia menulis buku biografi berjudul "Merubah Indonesia".Pada tahun 2012, Basuki mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Joko Widodo.
Penghargaan
Basuki memperoleh penghargaan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari unsur penyelenggara negara dari Gerakan Tiga Pilar Kemitraan, yang terdiri dari Masyarakat Transparansi Indonesia, KADIN dan Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara, pada tanggal 1 Februari 2007. Ia dinilai berhasil menekan semangat korupsi pejabat pemerintah daerah, antara lain dengan tindakannya mengalihkan tunjangan bagi pejabat pemerintah untuk kepentingan rakyat, yaitu untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis bagi masyarakat Belitung Timur.
Ia juga terpilih menjadi salah seorang dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia, yang dipilih oleh Tempo.Anugerah Seputar Indonesia (ASI) 2013 memberikan beliau gelar Tokoh Kontroversial.
3. Profil DKI Jakarta
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). Di dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town, atau lebih populer lagi The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City (Big Apple) di Indonesia.
Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.
Sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta satu pelabuhan laut di Tanjung Priok.
Ekonomi
Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Saat ini, lebih dari 70% uang negara beredar di Jakarta.Perekonomian Jakarta terutama ditunjang oleh sektor perdagangan, jasa, properti, industri kreatif, dan keuangan.Beberapa sentra perdagangan di Jakarta yang menjadi tempat perputaran uang cukup besar adalah kawasan Tanah Abang dan Glodok.Kedua kawasan ini masing-masing menjadi pusat perdagangan tekstil serta barang-barang elektronik, dengan sirkulasi ke seluruh Indonesia.Bahkan untuk barang tekstil dari Tanah Abang, banyak pula yang menjadi komoditi ekspor.Sedangkan untuk sektor keuangan, yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Jakarta adalah industri perbankan dan pasar modal.
Untuk industri pasar modal, pada bulan Mei 2013 Bursa Efek Indonesia tercatat sebagai bursa yang memberikan keuntungan terbesar, setelah Bursa Efek Tokyo. Pada bulan yang sama, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia telah mencapai USD 510,98 miliar atau nomor dua tertinggi di kawasan ASEAN.
Pada tahun 2012, pendapatan per kapita masyarakat Jakarta sebesar Rp 110,46 juta per tahun (USD 12,270). Sedangkan untuk kalangan menengah atas dengan penghasilan Rp 240,62 juta per tahun (USD 26,735), mencapai 20% dari jumlah penduduk. Di sini juga bermukim lebih dari separuh orang-orang kaya di Indonesia dengan penghasilan minimal USD 100,000 per tahun.Kekayaan mereka terutama ditopang oleh kenaikan harga saham serta properti yang cukup signifikan.
Saat ini Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan harga properti mewah yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 38,1%. Selain hunian mewah, pertumbuhan properti Jakarta juga ditopang oleh penjualan dan penyewaan ruang kantor. Pada periode 2009-2012, pembangunan gedung-gedung pencakar langit (di atas 150 meter) di Jakarta mencapai 87,5%. Hal ini telah menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan pencakar langit tercepat di dunia. Pada tahun 2020, diperkirakan jumlah pencakar langit di Jakarta akan mencapai 250 unit. Dan pada saat itu Jakarta telah memiliki gedung tertinggi di Asia Tenggara dengan ketinggian mencapai 638 meter (The Signature Tower).
Sosial
Sebagaimana umumnya kota megapolitan, kota yang berpenduduk di atas 10 juta, Jakarta memiliki masalah stress, kriminalitas, dan kemiskinan. Penyimpangan peruntukan lahan dan privatisasi lahan telah menghabiskan persediaan taman kota sehingga menambah tingkat stress warga Jakarta. Kemacetan lalu lintas, menurunnya interaksi sosial karena gaya hidup individualistik juga menjadi penyebab stress.
Tata ruang kota yang tidak partisipatif dan tidak humanis menyisakan ruang-ruang sisa yang mengundang tindak laku kriminal. Penggusuran kampung miskin dan penggusuran lahan usaha informal oleh pemerintah DKI adalah penyebab aktif kemiskinan di DKI.
BAB IV
ANALISA KELOMPOK
A. Profil Narasumber
1. Orang Terdekat Jokowi
Narsumber yang pertama adalah Maryono.Kader DPP PDIP yang bersahabat dekat dengan Jokowi.
2. Pengamat Politik
Narasumber keduaadalah M. Ryan F. Ramdlani.
3. Pedagang Kaki Lima (PKL)
Narasumber yang ketiga adalah Paijo asal dari Semarang.Ia berjualan di sekitar Pasar Minggu selama lima tahun.
B. Pendapat Narasumber
Menurut Maryono sebagai orang dekat Jokowi (kader PDI Perjuangan) retorika politik yang dipakai Jokowi memiliki pembawaan yang lebih kalem, tenang, dan santai.Tapi walaupun Jokowi kalem, setiap argumennya selalu disegani oleh para stafnya.Terbukti ketika Jokowi ingin merelokasi warga yang ada di Waduk Pluit.Banyak pihak yang meragukan hal itu namun Jokowi tetap yakin bisa merelokasinya ketempat yang lebih baik. Ungkap sahabat dekat Jokowi ketika ditemui di kantor PDI Perjuangan.
Dari sekian banyak kebijakan yang dikemukakan oleh Jokowi ada juga pihak yang tidak suka. Seperti Paijo pedagang kaki lima di Pasar Minggu. Sejak kebijakan Jokowi melarang pedagang kaki lima berjualan di pinggir jalan, Paijo kesusahan mencari peruntungannya. Karena sebelumnya dia mangkal di pinggir jalan Pasar Minggu dan saat ini dia sering kejar-kejaran dengan petugas Satpol PP. Tapi disisi lain dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia juga mendukung beberapa kebijakan Jokowi, karena merasakan dampaknya secara langsung terutama jalan di Pasar Minggu, saat ini menurutnya jalan di sana sudah mulai terurai.
Berbeda dengan Paijo, M. Riyan F. Ramdlani pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurutnya, retorika politik Jokowi termasuk dalam tipe rhetoricallysensitive, yaitu tipe gaya bicara dengan penyampaian yang adaptif dan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaanya mendatangi rakyat secara langsung atau yang dikenal dengan istilah blusukan.Ketika blusukan, Jokowi bertemu langsung dengan orang-orang baru dari berbagai kalangan yang sudah pasti dengan latar belakang pendidikan yang berbeda.
M. Riyan menambahkan, Jokowi mampu membangun retorika yang baik sehingga terjadi interaksi yang fleksibel, spontan, dan bisa diterima oleh semua kalangan. Dalam doktrin retorika Aristoteles, kata Riyan, retorika Jokowi ketika blusukan ini termasuk ke dalam retorika deliberatif, yaitu retorika yang memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian hari bila diterapkan sebuah kebijakan saat ini. Bukan hanya ketika blusukan, di panggung-panggung politik, baik ketika menyampaikan orasi politik ataupun sebagai narasumber dan pembicara acara tertentu, beliau juga konsisten memakai gaya retorika yang sederhana dan bisa diterima semua kalangan.
Berbeda dengan Jokowi, retorika politik yang dimiliki Basuki Tjahaja Purnama atau sering disapa Ahok, dia lebih keras, tegas, tidak basa-basi, dan langsung pada intinya.Menurut Mulyono hal ini menjadi nilai plus tersendiri terhadap pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur tersebut. Diantara mereka saling mengisi satu sama lain dan saling melengkapi. Jika Jokowi lebih sering blusukan ke kampong-kampung melihat kondisi masyarakatnya maka Ahok lebih berfokus memperbaiki birokrasi dalam internal pemerintahan DKI Jakarta.
Selain itu, menurut Riyan sebagai pengamat politik, retorika politik Ahok tergolong tipe nobleselves, yaitu tipe gaya bicara yang sulit dikritik, karena cenderung menganggap dirinya lebih hebat dari yang lain. Hal ini dapat dilihat dari penyampaiannya terhadap suatau masalah atau kebijakan kepada pers. Beliau menggunaka bahasa legal, cara bicara tertutup dan tanpa negoisasi. Ketika kiprahnya yang cenderung lebih banyak bertindak daripada berorasi membuatnya terkesan kaku dalam retorika.
C. Analisis
Dari paparan di atas, jelas bahwa retorika Jokowi dan Ahok berbeda.Perbedaannya adalah retorika Jokowi lebih fleksibel dan bisa diterima oleh semua kalangan, baik kalangan elit maupun rendah, dan tanpa melihat latar belakang pendidikan. Sedangkan Ahok, retorikanya lebih terkesan kaku, sulit dikritik, dan hanya untuk golongan tertentu. Perbedaan ini memang bertolak belakang, tapi tidak membuat keduanya terpecah, malah bisa menjadikannya bersinergi yang kuat karena adanya kesamaan dalam visi dan misi.
Perbedaan yang kontras tersebut jelas memberi manfaat bagi pasangan gubernur dan wakil gubernur ini. Keduanya saling melengkapi dalam kinerjanya membangun kota Jakarta. Di satu sisi, kita membutuhkan sosok pemimpin yang peduli dan mau mendengarkan suara rakyat kecil, sehingga memudahkan dalam mencari solusi yang dapat diterima tanpa ada pihak yang merasa dirugikan. Di sisi lain kita membutuhkan sosok pemimpin yang tegas dan banyak bekerja, sehingga program kerjanya dapat berjalan dengan lancar.
Selain itu, pemerintahan Gubernur dan Wakil Gubernur ini menjadi inspirasi dan mulai diikuti oleh pemimpin-pemimpin di daerah lain. Secara tidak langsung hal ini menjadi nilai positif tersendiri khususnya bagi sistem pemerintahan di Indonesia.Karena masyarakat sudah mulai jenuh dengan pemimpin yang ada selama ini, yang sebagian besar ketika sudah terpilih lupa dengan janji-janjinya saat kampanye.Pasangan Jokowi Ahok menjadi semacam pelepas dahaga ditengah gurun yang sudah lama dinantikan oleh sebagian besar penduduk negeri ini.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Retorika yang disampaikan oleh Jokowi cenderung kalem, santun dan tegas, sedangkan Ahok cenderung keras dan kerap kali mengkritik para politisi dengan pedas. Mereka memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh pasangan yang lain. Cara pendekatan yang dilakukan Jokowi yaitu dengan blusukan kepada masyarakat agar dapat meluluhkan hati masyarakat Indonesia dengan gayanya yang ndeso dan merakyat.Sikap Jokowi yang bersahaja membuat masyarakat kota Jakarta semakin mengelu-elukannnya. Sehingga retorika yang dimiliki Jokowi dapat meraih simpati dari masyarakat Indonesia.Kini, Kota Jakarta semakin bersih dan tertata dengan baik karena Jokowi bekerja secara cepat dan tanggap.
Berbeda dengan Jokowi, Ahok merupakan sosok yang tegas, keras tidak jaim, dan cenderung sinis kepada para politisi yang menentang kebijakannya.Sikap Ahok yang keras ini kerap kali menimbulkan permasalahan contohnya pertentangan Ahok dengan Haji Lulung, Wakil DPRD DKI Jakarta. Tujuan Ahok didalam sikapnya yang keras dalam berpolitik adalah untuk menegakkan ketertiban dan kesejahteraan bagi masyarakat kota Jakarta.
Ahok dan Jokowi memiliki cara beretorika yang berbeda, Jokowi dengan sifatnya yang kalem dan Ahok yang keras. Namun perbedaam tersebut justru menyeimbangkan retorika mereka berdua untuk memimpin kota Jakarta yang lebih baik. Jokowi dan Ahok memilki corak kekuasaan yang persuasive yaitu mengajak setiap masyarakat untuk meyakini sesuatu yang mereka anggap benar, contohnya dengan mengajakan masyarakat untuk menertibkan ketertiban umum agar mengurangi kemacetan.
DAFTAR PUSTAKA
Stanley J. Baran dan Dennis K. Davis, Teori Dasar Komunikasi Pergolakan dan Masa Depan, Salemba Humanika, Jakarta, 2010.
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi Persepektif, Ragam dan Aplikasi, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2009.
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005.
Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Persepektif. Proses dan Konteks, Widya Padjajaran, Bandung, 2009.
Dr. Gun Gun Heryanto, Slide Materi 1-A : Komunikasi Politik, 2013.
Carlton Clymer Rodee dkk, Pengantar Ilmu Politik, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia : Pemahaman Secara Teoritik dan Empirik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.
Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, 1985.
Carlton Clymer Rodee dkk, Pengantar Ilmu Politik, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
http://id.wikipedia.org/wiki//Joko_Widodo
http://id.wikipedia.org/wiki/Basuki_Tjahaja_Purnama
http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta