PENDAHULUAN
Media Online atau biasa disebut dengan internet adalah hasil dari perkembangan teknologi komunikasi yang menawarkan kepada pengguna sebagai media yang berfungsi sebagai alat komunikasi antar manusia. Media ini bisa mengantarkan teks, grafik, gambar, audio dan juga audio-video pada saat yang sama dan juga mempunyai fungsi sebagai media massa seperti halnya televisi radio juga surat kabar.
Media online disebut juga dengan media interaktif, yaitu suatu jenis media kolaboratif, mengacu pada media yang memungkinkan partisipasi aktif oleh penerima dan pengirim.
Definisi yang cukup teknis dinyatakan oleh Federal Networking Council, yang menyatakan Media Online mengacu kepada sistem informasi global yang secara logis dihubungkan oleh ruang alamat global yang unik didasarkan pada Internet Protocol (IP) atau ekstensi dan menyediakan, menggunakan atau membuat dapat diakses, baik umum atau pribadi, layanan tingkat tinggi berlapis pada komunikasi dan infrastruktur terkait.
Media online (online media) juga berarti media massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet. Media online adalah media massa “generasi ketiga” setelah media cetak (printed media) koran, tabloid, majalah, buku dan media elektronik (electronic media) radio, televisi, dan film/video. Media Online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online disebut juga cyber journalism didefinisikan sebagai “pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet”.
Dari berbagai definisi tersebut, ada beberapa hal yang dikategorikan sebagai karakteristik media online. Media online bersifat real time sehingga proses publikasi bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Dapat memuat berbagai macam model multimedia (audio, video dll) dan mendukung interaktifitas antar user.
Kelebihan Media Online
Meskipun secara prinsip media online sama dengan media cetak, namun terdapat beberapa perbedaan diantara keduanya. Media online tidak terbatas dalam hal jumlah halaman seperti halnya media cetak. Namun demi alasan kecepatan akses, keindahan desain, tingkat keterbacaan dan alasan-alasan lainnya, perlu dihindarkan penulisan naskah yang terlalu panjang.
Mekanisme dalam prosedur naskah cenderung lebih simple karena media online mengejar kecepatan. Proses editing sekaligus publishing sering dilakukan oleh bagian yang sama. Mekanisme editing juga bisa dilakukan ketika sudah dipublish.
Jadwal terbit media online sangat ketat. Informasi yang disajikan oleh media online sangat real time. Ketika peristiwa itu berlangsung, pada saat itu juga media online menginformasikannya. Berbeda dengan media cetak yang perlu durasi harian, mingguan atau bulanan. Proses publikasi inheren dengan kerja bagian redaksi. Berita yang sudah ditulis sudah otomatis terdistribusi ke jaringan.
PEMBAHSAN
Sejarah Jurnalisme Online
Online journalism atau lebih dikenal dengan nama jurnalisme online lahir pada tanggal 19 Januari 1998, ketika Mark Drugde membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky atau yang sering disebut “monicagate”. Ketika itu, Drugde berbekal sebuah laptop dan modem, menyiarkan berita tentang “monicagate” melalui internet. Semua orang yang mengakses internet segera mengetahui rincian cerita “monicagate”.
Perkembangan Media Online di Indonesia
Sejarah kemunculan media online di Indonesia dimulai oleh Majalah Mingguan Tempo pada 6 Maret 1996. Alasan pendirian Tempo pada waktu itu adalah semata-mata agar media itu tidak mati karena media cetak Tempo pada saat itu sedang dibreidel.
Di Indonesia media online pada awalnya hanya memindahkan isi berita yang yang ada di surat kabar/koran ke media internet atau dalam istilahnya di online-kan. Dengan kata lain produk berita versi cetak dengan online tidak ada perbedaan, sama persis. Lain halnya dengan Detikcom, yang dilakukan oleh situs www.detik.com pada pertengahan Juli 1998, tidaklah demikian. Detikcom tidak memindahkan berita versi cetak ke online.
Detikcom tidak punya versi cetak, meski dalam perkembangannya pernah membuat versi cetak. Hanya saja dengan terbit dua kali sehari versi cetaknya tidak berumur panjang dan harus segera ditutup. Selanjutnya kembali ke online saja dan berita-berita yang ditampilkan hanya ada di online. Berita-beritanya juga selalu up to date sehingga menjadi acuan banyak orang.
Detikcom adalah media online berupa portal berita pertama di Indonesia yang benar-benar menjual konten dan menerbitkan informasi secara update dan real time. Hingga saat ini, Detikcom menjadi portal yang paling banyak diakses. Keberhasilan Detikcom kemudian ditiru oleh berbagai perusahaan lain.
Dalam segi bisnis, Detikcom adalah pioner media online di Indonesia. Server detikcom sebenarnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun baru mulai online dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998.
Menjamurnya Media Online
Seperti juga di internasional, di Indonesia pertumbuhan internet dan media online menjadi pesaing bagi media cetak. Sebagai bentuk reaksi, banyak media cetak yang kemudian juga membuat portal berita dalam versi online. Muncul kompas cyber, media indonesia dll. Juga muncul portal pesaing Detikcom seperti OkeZone.com, VivaNews.com dll.
Perkembangan internet juga turut mempangaruhi perkembangan media online di Indonesia. Berdasarkan data, Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO), pada tahun 2009 jumlah pengguna internet mencapai 45 juta. Padahal, pada tahun 2006 hanya 20 juta pengguna dan menjadi 25 juta orang untuk tahun 2007. Bahkan, jika ditarik ke belakang, pada tahun 1999 jumlah pengguna internet di Indonesia baru ada di angka 1 juta pengguna.
Peluang Bisnis Media Online
Angka-angka di atas tentu saja menggiurkan dari segi bisnis. Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Harris Thajeb mengatakan pihaknya saat ini membidik media online karena memiliki potensi yang cukup besar dan tahun ini diperkirakan tumbuh 11-12 persen. Ia menjelaskan, selama 2010 nilai belanja iklan se-Indonesia total mencapai sekitar Rp. 65 triliun. Dari jumlah itu, nilai belanja iklan di media online baru sekitar 1-2 persen. Namun nilai belanja iklan di media internet pada 2012 diperkirakan tumbuh sekitar 11-12 persen dari nilai belanja iklan di seluruh media se-Indonesia.
Tidak hanya pendapatan dari iklan, beberapa media online juga mulai mencoba mengenakan biaya bagi pengakses web mereka. Salah satu media yang melakukannya adalah e-paper Kompas. Hal ini senada dengan yang terjadi di luar negeri dimana media online di Indonesia juga mulai bergerak ke arah media online yang kapitalistik.
Analisis Media Online
Seiring maraknya penggunaan teknologi komunikasi di Indonesia, keberadaan berbagai portal/situs berita kini menjadi sumber utama masyarakat Indonesia dalam dalam mengakses informasi selain televisi. Inilah yang diklaim sebagai era journalisme online. Sayangnya, dalam menjawab kebutuahan aktualitas informasi ini, para pekerja media online lebih banyak memenuhi tuntutan pola kerja yang cepat dan selalu mengejar aktualitas daripada mematuhi prinsip-prinsip jurnalistik.
Nilai berita yang mendasar seperti akurasi, keseimbangan, proporsionalitas, dan netralitas serta kaidah-kaidah jurnalisme cenderung dinomor duakan. Berita online kerap hadir terpotong-potong, disusun tanpa proses matang dalam mekanisme rapat redaksi. Karena jurnalisme kuning menonjolkan kecepatan daripada berita (fakta) itu sendiri, maka beritanya menjadi tidak penting atau dan kadang menyesatkan atau setidaknya membentuk opini tertentu yang pada akhirnya menjadikan masyakat semakin kehilangan makna informasi meski jumlahnya melimpah.
Dari kacamata akademis, kehadiran jurnalisme online ternyata menimbulkan kontroversi. Ada yang dapat menerima secara penuh dan memberikan penguatan, ada yang menerima dengan catatan, ada pula yang mengkritik dan bersikap skeptis. Pihak yang kontra bahkan mempersoalkan keabsahan penggunaan istilah “jurnalisme” karena secara metodologis rasanya tidak tepat jika kegiatan yang hanya sekadar menulis berita demi mengejar kecepatan disebut sebagai jurnalisme.
Selain itu, pihak KOMINFO tidak bisa mengontrol menjamurnya media online, karena menurut Dirjen Komunikasi Informasi dan Komunikasi Publik, Drs. Freddy H. Tulung, MUA. Mereka tidak punya wewenang untuk mengatur dan mengontrol munculnya media online yang tidak kompetibel. Karena menurutnya perizinan untuk membuat media online tidak serumit membuat media elektronik lain seperti radio atau televisi, bahkan bisa dikatakan tidak membutuhkan izin.
PENUTUP
Media online yang menjamur tanpa bisa dikendalikan harusnya menjadi prestasi bagi Indonesia. Karena menandakan bahwa Indonesia merupakan negara yang mengalami perkembangan teknologi dengan pengguna internet yang sangat banyak. Selain itu pengguna internet bersifat aktif dengan menjamurnya media online, namun dalam menyampaikan isi postingan di media online harus memperhatikan keakuratan data agar tidak menyesatkan pembaca dan masyarakat.
Warga juga dituntut untuk aktif dalam menyampaikan informasi yang terjadi disekitarnya. Karena dengan pesatnya perkembangan teknologi setiap masyarakat seakan dipaksa untuk menjadi masyarakat dunia dengan berpartisipasi dalam dunia maya. Karena mau tidak mau perkembangan teknologi sudah merubah dunia ini menjadi seperti desa, dimana informasi bisa tersebar luas dengan begitu cepat dari belahan bumi utara sampai belahan bumi selatan atau dalam istilahnya global village.
Semoga kita bisa memanfaatkan kemajuan teknologi dan media online kehal-hal yang positif agar tercipta kedamaian diseluruh penduduk bumi dan terhindar dari kekacauan dan keserampangan. Marilah memanfaatkan kemajuan teknologi dengan baik dan positif khususnya media online.
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. 2008.
Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komuniksi, Penerbit Salemba. Jakarta. 2009. Edisi 9.
http://metrotvnews.com/metromain/newscat/ekonomi/2011/02/20/43123/Potensi-Iklan-Media-Online-Menjanjikan