PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dalam setiap komunikasi pembuka sangat penting. Lancar tidaknya komunikasi banyak ditentukan oleh pembukaan. Demikian pula dalam berpidato. Pembuka pidato yang jelek dapat menimbulkan kesan tak menarik yang menghambat kelancaran komunikasi. Sebaliknya, pembuka yang menyenangkan inilah yang mendukung kelancaran berpidato sehingga tujuan pidato mudah dicapai, sebab dari awal saja pidato sudah diterima dengan baik.
Tanya saja pada ahli pidato manapun. Mereka akan sepakat menjawab bahwa “Sesuatu yang akan langsung merebut perhatian adalah pembukaan yang menarik.” Sejak zaman aristoteles, buku-buku mengenai pidato menjelaskan mengenai pembukaan, isi dan kesimpulan pidato. Namun, belakangan ini pembukaan pidato mulai terabaikan.
Penutupan pidato adalah titik paling strategis dalam sebuah pidato. Apa yang terakhir Anda katakan akan terngiang di telinga pendengar. Bahkan, jika penutupan Anda benar-benar berkesan, itu akan berbekas selamanya di ingatan pendengar. Pasti, Anda tidak ingin pidato Anda seperti angin lalu, pergi begitu saja. Tanpa kesan, tanpa pesan.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan beberapa poin tentang teknik membuka dan menutup pidato diantaranya;
1. Bagaimana cara membuka pidato yang menarik?
2. Bagaimana cara menutup pidato yang menarik?
3. Apa saja yang harus dihindari ketika membuka dan menutup pidato?
TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penulis menulis makalah ini agar pembaca mengetahui bagaimana cara membuka dan menutup pidato yang menarik agar pendengar tak jenuh ketika membuka dan menutup pidato. Lantas apa saja yang harus dihindari orator dalam berpidato.
TEKNIK MEMBUKA PIDATO
Pembukaan pidato adalah bagian penting dan menentukan. Tujuan utama pembukaan pidato adalah membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan dan menciptakan kesan yang baik. Bagaimana cara membuka pidato dan berapa lama waktu yang dibutuhkan, sangat tergantung pada topik, tujuan situasi, khalayak, dan hubungan antar pembicara dan pendengar.
Pembukaan pidato diucapkan setelah pembicara menyampaikan salam dan sapaan kepada pendengar. Yang dilakukan pembicara adalah mengucapkan salam dan menyapa pendengar dengan sapaan yang tulus, ramah, dan bersahabat. Sapaan yang lazim digunakan antara lain: Bapak dan Ibu yang saya hormati, Saudara-saudara yang saya banggakan atau sapaan-sapaan lainnya. Pembukaan pidato adalah kunci dari pidato, sehingga bila dari awal saja sudah menarik kesananya pendengar akan merasa betah. Agar terhindar dari pembukaan pidato yang membosankan sebaiknya melakukan tujuh cara dibawah ini;
1. Mulailah dengan sebuah kisah.
Siapa yang tidak tertarik dengan sebuah kisah. Orang-orang primitif mengelilingi api unggun untuk mendengar kisah. Orang-orang kota datang ke gedung untuk menonton kisah teater. Anak-anak suka didongenkan kisah-kisah sebelum tidur. Kitab suci Al-Qur’an, memuat kisah-kisah nyata agar dapat dipetik hikmahnya. Kisahkan awal pidato Anda dengan kata-kata yang menarik seperti kisah-kisah dalam novel.
2. Awali dengan pendapat bersama.
Buatlah orang-orang setuju sejak awal. Jaga agar mereka tetap mengiyakan. Apa ini salah? Tidak juga. Selama pidato Anda rasional, kenapa tidak?.
3. Bangkitkan rasa ingin tahu pendengar Anda.
Manusia mana yang tidak ingin pengetahuan baru. Hewan pun mempunyai koriusitas atau rasa ingin tahu yang tinggi. Ajukan pertanyaan. Bangun kerjasama yang apik dengan pendengar. Buatlah pendengar Anda bertanya-tanya mengenai siapa, apa, mengapa, bagaimana, kenapa dan lain-lain.
4. Kata-kata orang terkenal terbukti selalu menarik perhatian.
Kenapa tidak mengawali pidato dengan kutipan perkataan orang terkenal. Berhentilah sejenak setelah mengutip kata, lalu sebutkan nama orang terkenal tersebut. Itu akan membuat suasana menjadi lebih mengesankan.
5. Gunakan alat peraga.
Itu akan membuat perhatian hadirin lebih terpusat, dan mereka juga bisa berimajinasi sendiri.
6. Kejutkan pendengar Anda.
Berikan fakta yang mengejutkan hingga mereka berkata : “Oh iya yah “, berdecak kagum : “Wah !” atau membuat mereka tercengang : “Aaapaaaa?”
7. Membicarakan hal yang disukai khalayak umum.
Kita pasti langsung berbalik saat mendengar orang di sebelah kita membicarakan mengenai nama, sesuatu yang Kita suka atau hal-hal yang berhubungan dengan Kita. Awali pidato dengan topik yang sangat diinginkan pendengar Anda. Bagaimana cara mengetahui topik apa yang mereka inginkan? Itulah gunanya persiapan.
Namun dalam dari ketujuh teknik tersebut bisa ditambahkan dengan; Langsung menyebutkan pokok masalah, melukiskan latar belakang masalah, menghubungkan dengan peristiwa aktual atau kejadian yang tengah menjadi perhatian khalayak, menghubungkan dengan peristiwa yang diperingati, menghubungkan dengan tempat dimana pidato itu dilaksanakan, menghubungkan dengan suasana emosi (mood) yang tengah meliputi, menghubungkan dengan peristiwa sejarah masa lalu dan masih banyak lagi yang lainnya yang dapat menggugah perhatian pendengar.
TEKNIK MENUTUP PIDATO
Membuka dan menutup pidato merupakan bagian-bagian yang paling menentukan. Bila permulaan pidato harus dapat mengantarkan pikiran dan menambatkan perhatian pendengar kepada pokok pembicaraan, maka penutup pidato harus dapat memfokuskan pikiran dan perasaan khalayak pada gagasan utama atau kesimpulan penting dan seluruh isi pidato . Oleh karena itu, penutup pidato harus dapat menjelaskan seluruh tujuan komposisi, memperkuat daya persuasi, mendorong pemikiran dan tindakan yang diharapkan, menciptakan klimaks dan menimbulkan kesan terakhir yang positif.
Penutupan pidato adalah titik paling strategis dalam sebuah pidato. Apa yang terakhir Anda katakan akan terngiang di telinga pendengar. Bahkan, jika penutupan Anda benar-benar berkesan, itu akan berbekas selamanya di ingatan pendengar. Pasti, Anda tidak ingin pidato Anda seperti angin lalu, pergi begitu saja. Tanpa kesan, tanpa pesan. Tujuh teknik menutup pidato yang mengesankan;
1. Contoh orator-orator sukses seperti Martin Luther King, Franklin Roosevelt atau Abraham Linclon. Mereka mempersiapkan, menulis dan menghafalkan kata-kata yang tepat untuk menutup pidatonya. Mereka melatihnya berulang kali hingga terlihat benar-benar memakau. Jika diri sendiri saja belum terpukau, bagaimana bisa orang lain terpukau ?
2. Seperti pada pembuka pidato, Anda juga bisa mengutip perkataan orang-orang terkenal pada penutup pidato Anda. Atau Anda juga bisa mengutip puisi sarat makna, pantun, humor, pepatah dan semacamnya.
3. Sesuaikan penutupan pidato Anda dengan situasi dan kondisi forum. Sangat bijaksana, bila Anda menyiapkan 2-3 penutupan. Jika yang satu kurang cocok, yang lain mungkin cocok.
4. Ringkaslah pidato Anda sebagai penutup yang konkret. Ulangi kembali ide-ide penting dengan kata-kata yang berbeda. Jadikan penutup pidato Anda dapat terpahami dengan baik meski oleh hadirin yang terlambat datang.
5. Pujian singkat dan tulus. Puji peningkatan sekecil apapun terhadap apa yang telah dilakukan oleh pendengar Anda. Ingat ! puji secara tulus dari hati. Bukan pujian palsu seperti uang. Siapa pula yang ingin dibayar dengan uang palsu ?
6. Berhenti di klimaks. Ini memang sulit. Tapi jika dilakukan dengan persiapan yang matang, akan menghasilkan penutupan pidato yang sangat mengesankan. Pendengar akan berteriak, “ tolong lanjutkan pidato Anda.” Mereka juga menanti-nanti kapan Anda akan kembali berpidato. Mengapa ? Karena tingkat kejemuan akan meningkat setelah melewati klimaks. Anda harus berhenti, sebelum pendengar menginginkan Anda berhenti.
7. Terakhir, bersiaplah menjawab pertanyaan dari pendengar Anda. Caranya? dengan menguasai topik Anda sepuluh kali lipat dari yang Anda tuangkan di pidato. Saring pertanyaan secukupnya dengan menyesuaikan dengan ketersediaan waktu. Jika dimungkinkan, mintalah pendengar Anda untuk menuliskan pertanyaanya pada kertas. Ini dimaksudkan agar Anda dapat mengumpul dan memilah-milih pertanyaan terbaik menurut Anda. Jika tidak, Anda yang menulis pertanyaan pendengar Anda, tapi batasi pertanyaan secukupnya.
Hal yang terpenting dalam menutup pidato adalah kesimpulan. Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan. Manusia mampu mengingat banyak hal, tetapi hanya sanggup mengingat dengan jelas beberapa hal saja. Oleh karena itu, menutup pidato perlu disebutkan kembali hal-hal yang dianggap penting.
YANG HARUS DIHINDARI KETIKA MEMBUKA DAN MENUTUP PIDATO
Mayoritas orang yang tidak ahli dan enggan berlatih, memulai pidatonya dengan cara yang buruk. Mereka mencoba melucu. Akan tetapi malah membuat pendengar tambah bosan. Pendengar tertawa bukan karna apa yang dikatakan orator melainkan mentertawakan orator yang membuat lelucuan tapi tak lucu.
Kesalahan terbesar orator pemula adalah mengawali pidatonya dengan meminta maaf. “Maaf saya bukan ahli pidato,” “Saya tidak siap untuk berpidato,” “Saya tidak bisa berkata apa-apa”. Lagipula, kalau Anda tidak siap, sebagian hadirin akan mengetahui tanpa Anda beri tahu. Sama saja Anda menghina hadirin. Menganggap hadirin tidak penting, hingga tak perlu bersiap-siap dengan persiapan yang terukur.
Jumlah yang disapa jangan terlalu banyak. Satu,dua, atau tiga sudah cukup (Bapak dan Ibu yang saya hormati, Saudara-saudara yang saya banggakan). Kalau terlalu banyak, bisa menimbulkan kebosanan. Apalagi kalau pembicara tampil berpidato pada giliran terakhir, sedangkan pembicara-pembicara sebelumnya sudah menyebutkan sapaan-sapaan yang sama.
Harus diakui, banyak kesalahan-kesalahan dalam menutup pidato. Misalnya dengan berkata “ hanya ini yang bisa saya sampaikan “. Pendengar tentu tahu apa yang telah Anda sampaikan. Kalau sudah selesai, tutup dengan baik dan turunlah duduk. Tak perlu Anda berkata, “hanya ini, hanya itu”. Lain lagi dengan orator yang tidak tahu harus menutup di titik mana. Ia berputar-putar dengan kalimat itu-itu saja. Pada akhirnya, ia terlihat konyol dan berharap terjadi gempa hingga membuat hadirin berpencar.
Namun ada tiga kesalahan besar yang sering dilakukan pembicara dalam menutup pidato. Pertama, pembicara tidak tahu persis di mana harus berhenti. Kedua, ada pembicara yang sebenarnya ingin mengakhiri pidatonya, tetapi sulit berhenti deperti kendaraan tanpa rem. Ia berbicara apa saja, berputar-putar tak menentu. Ketiga, kesalahan yang paling besar seakan tak bermanfaat, pembicara menutup pidato dengan mengucapkan kalimat seperti berikut: “Demikianlah yang bisa saya katakan pada kesempatan ini. Karena apa yang akan saya katakan sudah saya katakan semuanya, maka saya tidak akan memperpanjang lagi pidato saya. Karena itu saya akhiri sekian.” Penutupan pidato seperti itu tidak bermakna apa-apa.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam beretorika diantaranya dalam berpidato, tentu terdapat beberapa unsur dalam penyampaiannya, diantaranya ada yang namanya pembukaan dalam berpidato, isi pidato dan penutup pidato.
Pembukaan pidato, umunya Pembukaan pidato adalah bagian yang terpenting dalam berpidato, Tujuan utama pembukaan pidato adalah membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan dan menciptakan kesan yang baik.
Pada retorika terdapat juga isi pidato, isi pidato termasuk bagian yang sangat penting dalam sebuah pidato, karena isi pidato merupakan tujuan dalam penyampaian apa yang akan di sampaikan oleh seorang penceramah atau pembicara.
Penutup pidato harus dapat menjelaskan seluruh tujuan komposisi, memperkuat daya persuasi, mendorong pemikiran dan tindakan yang diharapkan, menciptakan klimaks dan menimbulkan kesan terakhir yang positif.
Pembukaan pidato sebaiknya sebaiknya dikemas secara baik. Pembukaan pidato yang baik akan mempermudah orator menyampaikan pesannya. Begitu juga dengan penutup seorang orator harus mempersiapkan dan mengetahui apa saja yang harus dilakukan menutup pidato agar terkesan. Sehingga apa yang disampaikan dapat dipahami oleh pendengar.
Pembukaan dan penutup sangat menentukan pidato itu dapat dipahami pendengar atau tidak. Pembukaan pidato yang baik akan menarik simpati pendengar untuk mendengarkan isi pidato dengan baik. Penutup juga sangat penting bila isi pidato terlalu panjang sehingga sulit dihafal oleh pendengar. Oleh karna itulah penutup memberikan kesimpulan garis besar dari isi pidato sehingga pendengar dapat menyimpulkan apa yang telah disampaikan oleh orator.
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, wahidin.2010.Retorika Monologika “Kiat dan Tips Praktis Menjadi Mubaligh”.Bogor:Titian Press.