Perayaan ulang tahun yang diselenggrakan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun ini tidak semeriah tahun sebelumnya, entah apa yang membuat demikian. Sikap apatisme yang tertanam disetiap mahasiswa seakan membuat acuh untuk turut serta berpartisipasi dalam acara tersebut. Padahal tidak sedikit rangkaian acara yang jika semua mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terlibat bisa membuat acara ini lebih megah meriah.
Pihak birokrasi fakultas sendiri seakan tidak terlalu mendukung acara ini dengan berbagai kesibukan masing-masing. Presiden BEMF Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi juga bertanggung jawab atas tidak timbulnya kesadaran diantara mahasiswa untuk turut berpartisipasi memeriahkan acara ulang tahun ini. Entah karena jabatannya yang baru seumur jagung sehingga belum memiliki kesiapan untuk menyelenggarakan perayaan hari sakral ini.
Beda halnya dengan kepemimpinan Presiden sebelumnya karena menjabat dua periode, sehingga menjadi nilai plus tersendiri dalam menyelenggarakan festival memperingati hari lahir Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Tahun ini malah kalah meriah dengan fakultas-fakultas lain. Terjadi ketimpangan di birokrasi fakultas, entah yang mana yang harus diperbaiki. Atau ketidaksiapan Presiden yang baru menjabat seakan tidak memperlihatkan tajinya.
Perayaan festival dalam memperingati hari lahir Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebenarnya hanya sebagai simbol, ada nilai yang tersembunyi di balik festival itu. Yaitu nilai dan visi-misi dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi itu sendiri yang harus diupgrade kedalam mindset setiap mahasiswa UIN Jakarta secara umum dan mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada khususnya.
Jika melihat realita sekarang, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi seakan kehilangan jati dirinya sebagai mahasiswa yang mengajak orang untuk melakukan kebaikan. Fakultas lain lebih cocok menyandang gelar tersebut, seperti Fakultas Tarbiah yang selalu rapi dalam berpakaian yang merupakan salah satu simbol mahasiswa muslim yang mengajak kepada kebaikan.
Itulah seharusnya yang perlu disadari oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dengan mengingat dan memahami kembali nilai-nilai yang harus diemban dan diterapkan dalam setiap pribadi mahasiswa agar kembali ke jati diri yang sebenarnya.
Jika kita perhatikan, dari sekian banyak fakultas di UIN Jakarta, hanya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang melegalkan area merokok di lobi fakultasnya. Sementara di fakultas lain tidak ada. Ini mencerminkan bahwa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sudah kehilangan jati dirinya.
Peraturan yang tertempel di dinding di tiap lantai gedung Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi hanya seakan formalitas belaka yang tidak memiliki kekuatan untuk melarang mahasiswa untuk melakukan/melanggar kode etik mahasiswa. Ini hanya sebagian kecil potret kehidupan mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang sudah kehilangan jati diri. Semoga dalam perayaan festival ulang tahun Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang walaupun tidak begitu meriah seperti tahun-tahun sebelumnya, bukan itu yang terpenting.
Yang terpenting adalah bagaimana setiap mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi bisa menanamkan kembali nilai-nilai dakwah kedalam dirinya dan menjadi mahasiswa yang bernilai dimasyarakat. Karena mahasiswa bukan lagi ajang pencarian jati diri, melainkan ajang untuk menemukan dan mengaplikasikan jati diri yang dicari selama ini.