Menyambut tahun baru 2015, Indonesia sedang diselimuti duka
dengan pesawat Air Asia QZ8501 yang sudah dipastikan jatuh di Selat Karimata.
Sebagian besar panggung festival di Jakarta turut memberikan doa kepada para korban
pesawat Air Asia QZ8501. Walaupun ada beberapa warga yang meledakkan petasan
dan kembang api pas saat sesi doa bersama untuk para korban.
Selain duka akhir tahun, kabar baik juga sedikit memberikan
kelegaan kepada masyarakat dengan turunnya harga BBM jenis premium. Walaupun
antusias masyarakat tidak seheboh saat subsidi BBM premium dialihkan yang
mengakibatkan harga BBM jenis premium jadi naik.
Premium saat ini sudah tidak disubsidi lagi, harganya Rp
7.600 per liter. Harga tersebut merupakan harga asli mengikuti tren turunnya
harga minyak dunia yang mencapai $56 per barel. BBM yang mendapat subsidi saat
ini hanya solar dan minyak tanah. Jadi kedepan harga premium akan naik turun
mengikuti harga global. Selain keputusan pemerintah menghapus subsidi untuk
premium, baru-baru ini pemerintah juga telah memutuskan akan menghapus dan menghilangkan BBM
premium di SPBU maksimal dalam dua tahun.
Kebijakan pemerintah menghapus subsidi untuk premium atau menurunkan
harga premium, menurut saya tidak akan berpengaruh banyak ke masyarakat.
Harga-harga yang sudah naik tidak bisa dijamin akan ikut turun mengikuti
turunnya harga baru BBM jenis premium ini. Seperti tarif angkutan umum yang
sudah terlanjur naik belum tentu bisa menyesuaikan dengan harga premium saat
ini. Ada semacam gengsi bagi harga-harga untuk ikut turun, tapi kita lihat saja
nanti perkembangannya.
Saya sebenarnya marah dan kecewa dengan sikap pemerintah, jika
ingin menurunkan harga premium, tentu tidak harus dinaikkan terlebih dulu. Keputusan
pemerintah beberapa waktu lalu yang menaikkan harga premium sudah berdampak
sistemik kepada masyarakat dan saat itu sempat menelan korban jiwa di Makassar
akibat demonstrasi. Hal ini menunjukkan masih labilnya pemerintahan saat ini,
terpengaruh dengan cerita lagenda masa lalu bahwa masyarakat selama ini terlalu
dimanjakan dengan memberikan harga palsu. Padahal pemerintahan yang baik adalah
pemerintahan yang bisa mengontrol harga pasar tetap terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat.
Akhirnya dengan gegabah, pemerintah ingin menunjukkan
kenyataan yang sebenarnya kepada masyarakat, bahwa harga yang dinikmati selama
ini merupakan harga palsu. Harga premium dinaikkan, (walaupun mereka
berspekulasi bahwa harga premium tidak dinaikkan tapi subsidinya dialihkan)
masyarakat menjerit, hingga terjadi aksi demonstrasi dimana-mana, kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah menurun, tapi itu bukan urusan saya.
Saya hanya ingin mengatakan bahwa kedepan pemerintah dalam
mengambil keputusan jangan pakai emosi. Kita sebagai manusia sudah dibekali dengan
akal pikiran agar digunakan semaksimal mungkin. Negara ini bukan organisasi
kecil, sedikit saja pemerintah tidak tepat mengambil keputusan dalam menentukan
kebijakan maka seluruh lapisan masyarakat yang akan menjadi korbannya.
Bukan hanya pemerintah, kita dalam lingkup keluarga,
sekolah, kampus, bisnis, atau di kantor, juga harus memperhatikan hal itu
karena setiap kita punya tanggung jawab dalam mengambil keputusan dan setiap
keputusan yang kita ambil akan ada orang yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan dan menjalani keputusan tersebut.
Selamat Tahun Baru!!