Landasan Teori dan Kerangka Berpikir
Koleksi:
1. Semiotika Visual: Konsep, isu, dan problem ikonisitas. Karya Kris Budiman
2. Imaji, Musik, Teks: Analisis semiologi atas fotografi, iklan, film, musik, alkitab, penulisan dan pembacaan serta kritik sastra. Karya Roland Barthes.
3. Semiotika Komunikasi. Karya Drs. Alex Sobur, M.Si.
4. Foto Jurnalistik: Dalam dimensi utuh. Karya Taufan Wijaya.
5. Kamus Jurnalistik: Daftar istilah penting jurnalistik cetak, radio, dan televisi. Karya Asep Syamsul M. Romli
6. Kontribusi Semiotika Dalam Memahami Bahasa Agama. Karya Drs. Akhmad Muzakki, MA.
7. Metode Penelitian Kualitatfi: Edisi revisi. Karya Prof. DR. Lexy J. Moleong, M.A.
Identifikasi dan Rangkuman
1. Pada buku semiotika visual karya Kris Budiman, di dalamnya banyak menjelaskan tentang semiotika. Hal ini sangat membantu karena fokus dalam skripsi saya akan mengambil teori tentang semiotika. Banyak tokoh-tokoh semiotika yang dibahas dalam buku ini. Seperti Charles Sanders Pierce dan Ferdinan de Saussure. Dalam skripsi saya rencananya ingin mengambil teori Charles S. Pierce. Jadi dari buku ini saya akan memasukkan penjelasan teori tentang Pierce.
Sebuah tanda representamen, menurut Pierce adalah suatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan sebagai interpretan dari tanda yang pertama pada gilirannya mengacu pada objek. Dengan demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik langsung dengan interpretan dan objeknya. Apa yang disebut sebagai proses semiosis merupakan suatu proses yang memadukan entitas yang disebut sebagai representamen tadi dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses semiosis ini sering pula disebut sebagai signifikasi.
Upaya klasifikasi yang dikerjakan oleh Pierce terhadap tanda-tanda sungguh tidak bisa dibilang sederhana, melainkan sangatlah rumit. Meskipun demikian, pembedaan tipe-tipe tanda yang agaknya paling simpel dan fundamental adalah antara ikon, indeks, dan simbol yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya.
2. Dibuku ini juga dijelaskan tentang fotografi. Foto berita adalah pesan. Pesan ini dibangun oleh beberapa elemen, yakni sumber pemancar pesan, saluran transmisi, dan pihak penerima. Yang disebut sebagai sumber pemancar pesan adalah para insan pers yang berkarya disuratkabar atau sekelompok teknisi yang selain bertugas memfoto, memilah, menyusun, dan mengotak-atiknya, juga bertugas memberi judul, keterangan singkat, dan komentar.
Pada dasarnya, scene (peristiwa, aktivitas, pemandangan) yang terekam dalam foto merupakan realitas literal yang mudah dibaca. Tetapi, pada saat proses pemindahan objek nyata itu ke dalam sebentuk imaji (citra, foto, gambar) terjadi reduksi, entah reduksi proporsi atau ukuran, sudut pandang, maupun warna. Meski demikian, proses pemindahan itu tidak pernah mereduksi proses transformasi itu sendiri (dalam pengertian matematis).
3. Buku ini termasuk yang sangat lengkap membahas tentang semiotika. Khususnya tentang semiotika Charles Sanders Pierce. Membahas mulai sejarah Pierce sampai teori-teorinya. Pierce adalah seorang pemikir yang argumentatif kata Paul Cobley seperti yang dikutip dalam buku ini.
Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.
4. Buku ini lebih khusus membahas tentang foto jurnalistik. Seperti objek penelitian yang ada dalam skripsi saya nantinya. Seperti membahas tentang sejarah foto jurnalistik, tokoh jurnalis foto, dan etika dalam mendapatkan foto jurnalistik. Foto jurnalistik pertama kali muncul pada Senin, 16 April 1877. Saat surat kabar harian The Daily Graphic di New York memuat gambar yang berisi berita kabakaran hotel dan salon di halaman satu. Terbitan ini menjadi tonggak awal adanya foto jurnalistik pada media cetak yang saat itu hanya berupasketsa.
Jurnalis foto bukanlah profesi eksklusif meski dalam diri mereka melekat hak-hak yang bersifat istimewa. Dibanding masyarakat umum jurnalis foto memiliki lebih banyak keleluasaan dalam memotret. Mereka bisa menjangkau tempat-tempat terlarang atau terlindung dari penglihatan publik. Mereka leluasa memotret presiden di istana negara, memotret aktivitas orang, alat-alat dan latihan militer, tempat-tempat privat seperti isi rumah dan kamar, juga tempat dan properti yang dilarang dengan alasan komersial seperti toko, mal, pabrik, dan seterusnya. Pemberian akses yang lebih luas kepada jurnalis foto semata-mata untuk memenuhi hak masyarakat akan informasi.
5. Kamus jurnalistik ini juga sangat membantu nantinya khususnya jika ada istilah-istilah jurnalistik yang belum pamiliar dimasyarakat. Dengan bantuan kamus jurnalistik ini mempermudah kita untuk menjelaskan masksud dari istilah tersebut.
6. Buku ini juga banyak menjelaskan tentang semiotika. Seperti pengertian tentang semiotika, elemen-elemen dasar tentang semiotika dan lain-lain. Elemen dasar semiotika ada tiga yaitu komponen tanda, relasi tanda, dan tingkatan tanda. Ahli filsafat dari Amerika, Charles Sanders Pierce menegaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan sarana tanda. Sudah pasti bahwa tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi.
Diantara sekian banyak pakar tentang semiotika ada dua orang yang patut disebutkan secara khusus dalam hubungannya dengan kelahiran semiotika modern. Yaitu Charles Sanders Pierce dan Ferdinan de Saussure. Pierce sebagai ahli filsafat dan ahli logika lebih memusatkan perhatiannya pada pertanyaan bagaimana kita menalar? Sementara Saussure adalah seorang yang ahli dibidang linguistik, pertanyaan yang mengganggunya adalah apakah sebenarnya bahasa itu?.
7. Selain buku-buku tentang jurnalistik, buku penelitian kualitatfi juga sangat dibutuhkan. Karena semiotika penelitiannya pasti menggunakan penelitian/metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.